Sebuah rumah susun di pinggiran Jakarta. Sederhana, berhimpitan, namun
juga disatukan oleh eratnya tali kekeluargaan. Di tengah suasana inilah
tragedi menyambar. Tiga anak – anak penghuni rusun harus kehilangan
nyawa. Ketiganya dalam waktu yang berdekatan, dan dengan cara yang
tragis — yakni bunuh diri. Anak – anak ini dikenal ceria dan datang dari
keluarga yang harmonis. Apa yang menyebabkan mereka mau mencabut nyawa
sendiri?
Adalah tiga anak muda penghuni rusun yang memutuskan untuk menyelidiki. Mereka adalah Donald, mahasiswa penggemar sepakbola yang cerdas namun termperamental; Farel, sepupu Donald yang culun tapi baik hati; serta Kayla, teman kuliah Donald yang tomboi dan ceplasceplos. Ketiganya bersebelahan dengan Raisa, seorang single mother, dan Vino, anaknya yang lucu dan menggemaskan.
Sosok di balik deret kematian ini mulai terungkap setelah mereka menemukan puluhan kertas berisi gambar badut misterius di kamar ketiga anak yang telah meninggal. Setelah Vino mulai terobsesi menggambar sosok badut yang sama, sadarlah Donald, Farel dan Kayla, bahwa bocah delapan tahun itu kini juga berada di bawah incaran sang badut. Setelah meminta bantuan dari mantan seteru Donald di media sosial, seorang gadis indigo bernama Nikki, mereka pun berusaha menghindarkan Vino dari bahaya.
Bersamaan dengan mulainya usaha mereka, teror datang bertubi – tubi. Dan seiring dengan memuncaknya kengerian, Donald dan kawan – kawan tersadar: kekuatan jahat yang mereka hadapi bukanlah sembarang kekuatan. Ia datang dari kegelapan terdalam, dipenuhi oleh kekejian — dan takkan ragu mencabut nyawa mereka yang berusaha menghentikannya.
Adalah tiga anak muda penghuni rusun yang memutuskan untuk menyelidiki. Mereka adalah Donald, mahasiswa penggemar sepakbola yang cerdas namun termperamental; Farel, sepupu Donald yang culun tapi baik hati; serta Kayla, teman kuliah Donald yang tomboi dan ceplasceplos. Ketiganya bersebelahan dengan Raisa, seorang single mother, dan Vino, anaknya yang lucu dan menggemaskan.
Sosok di balik deret kematian ini mulai terungkap setelah mereka menemukan puluhan kertas berisi gambar badut misterius di kamar ketiga anak yang telah meninggal. Setelah Vino mulai terobsesi menggambar sosok badut yang sama, sadarlah Donald, Farel dan Kayla, bahwa bocah delapan tahun itu kini juga berada di bawah incaran sang badut. Setelah meminta bantuan dari mantan seteru Donald di media sosial, seorang gadis indigo bernama Nikki, mereka pun berusaha menghindarkan Vino dari bahaya.
Bersamaan dengan mulainya usaha mereka, teror datang bertubi – tubi. Dan seiring dengan memuncaknya kengerian, Donald dan kawan – kawan tersadar: kekuatan jahat yang mereka hadapi bukanlah sembarang kekuatan. Ia datang dari kegelapan terdalam, dipenuhi oleh kekejian — dan takkan ragu mencabut nyawa mereka yang berusaha menghentikannya.
Jenis Film : Horror, Thriller
Produser : Daniel Topan, Haresh Kemlani
Sutradara : Awi Suryadi
Penulis : Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Awi Suryadi
Produksi : DT Films
Produser : Daniel Topan, Haresh Kemlani
Sutradara : Awi Suryadi
Penulis : Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Awi Suryadi
Produksi : DT Films
Pemain : Daniel Topan
Christoffer Nelwan
Ratu Felisha
Keira (Febby Blink), Agatha (Prici Blink), Aluna (Ify Blink), dan Lexa
(Via Blink) dipertemukan dalam satu kampus yang sama. Awalnya mereka
tidak saling mengenal, sampai kemudian kecintaan pada musik menyatukan
mereka. Bukan hal yang mudah mereka bergabung dalam satu tim yang kompak
dan penuh kualitas di paduan suara kampus, perbedaan karakter dan latar
belakang pada awalnya sangat menyulitkan mereka. Keira yang dinilai
oleh teman-temannya sebagai social climber dan tinggi hati, Agatha yang
kutu buku dan penyakitan, Aluna yang dingin bagai salju di benua
antartika, serta Lexa yang hidupnya penuh lika-liku dan janji pada
ortunya nan jauh di Minang.
Belum lagi masalah dari masing-masing keluarga mereka yang kemudian menjadikan jalan persahabatan mereka bagai alunan nada drama kesedihan yang berirama. Tapi semua sirna, tatkala hobby musik mereka saling mengetuk memetik birama. Pergulatan masalah menjadi indah, ujian dan cobaan persahabatan menjadi jembatan untuk mereka saling lekat dan erat. Jadilah mereka sahabat, saudara yang dipilih kesamaan hobby. Musik adalah dunia mereka. Di sini kemudian mereka juga bertemu dengan Lido (Brandon Salim) dan Biru (Arbani Yaziz), dimana Lido adalah sahabat dekat Lexa dan Biru menjadi kekasih Aluna.
Drama persahabatan pun bergulir, kesabaran, kesetiaan dan komitmen persahabatan dipertaruhkan di atas cinta mereka pada musik. Haruskah nada indah persahabatan harus sirna dan bercerai berai karena ketukan cinta yang muncul dalam egoisme diri? Seindah apakah persahabatan sehingga harus menjadi pilihan hati? Dan sebesar apakah cinta sehingga harus melibas rasa persahabatan yang sudah dijalin dengan penuh kasih?
Belum lagi masalah dari masing-masing keluarga mereka yang kemudian menjadikan jalan persahabatan mereka bagai alunan nada drama kesedihan yang berirama. Tapi semua sirna, tatkala hobby musik mereka saling mengetuk memetik birama. Pergulatan masalah menjadi indah, ujian dan cobaan persahabatan menjadi jembatan untuk mereka saling lekat dan erat. Jadilah mereka sahabat, saudara yang dipilih kesamaan hobby. Musik adalah dunia mereka. Di sini kemudian mereka juga bertemu dengan Lido (Brandon Salim) dan Biru (Arbani Yaziz), dimana Lido adalah sahabat dekat Lexa dan Biru menjadi kekasih Aluna.
Drama persahabatan pun bergulir, kesabaran, kesetiaan dan komitmen persahabatan dipertaruhkan di atas cinta mereka pada musik. Haruskah nada indah persahabatan harus sirna dan bercerai berai karena ketukan cinta yang muncul dalam egoisme diri? Seindah apakah persahabatan sehingga harus menjadi pilihan hati? Dan sebesar apakah cinta sehingga harus melibas rasa persahabatan yang sudah dijalin dengan penuh kasih?
Jenis Film : Drama
Produser : Hanafi Sahab
Sutradara : Hadrah Daeng Ratu
Penulis : Novia Faizal, Beta Inggrid
Produksi : MYPIX Production
Produser : Hanafi Sahab
Sutradara : Hadrah Daeng Ratu
Penulis : Novia Faizal, Beta Inggrid
Produksi : MYPIX Production
Pemain : Blink
Brandon Salaim
Arbani Yaziz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar