Kamis, 30 Mei 2013

Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei.
KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar agamis saat itu menolak untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari. 
KH Wahid Hasyim, salah satu putra beliau mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan. 
Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan. 
Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren. 
Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH HAsyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati. 
Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani..tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar
Jenis Film : Drama
Produser : Gope T. Samtani
Produksi : RAPI FILMS
Sutradara : Rako Prijanto

Pemain : Ikranegara
                 Agus Kuncoro
                 Adi Pati Dolken
                 Christine Hakim
Film ini berkisah tentang Laura (Prisia Nasution), tak pernah berpikir untuk travelling. Apalagi sejak ia menjadi single parent bagi putri semata wayangnya. Marsha (Adinia Wirasti), sahabat Laura yang juga seorang penulis buku tentang travelling yang belum pernah ke Eropa. Keinginannya ke Eropa untuk mengenang kepergian ibundanya. Laura dengan setengah hati mengiyakan permintaan sahabatnya tersebut ke Eropa.
 Perjalanan pun dimulai, masalah-masalah kecil muncul. Aturan ditetapkan Laura, dan Marsha dengan santainya menyetujui. Perselisihan semakin meruncing ketika Marsha menyetujui membawa penumpang bernama Finn ikut mobil sewaaan mereka. Finn tak pernah sampai ke tempat tujuan bersama mereka karena Laura mengusirnya dan menganggap Finn malah menyesatkan jalan mereka. Marsha pun tak bisa berbuat apa-apa.
 Tiap kali Laura menghadapi kesulitan, Marsha membantu. Persahabatan yang terjalin sejak SMA ternyata tidak menjamin keduanya bisa terbuka satu sama lain. Ada maksud yang tak mereka jelaskan dari perjalanan ini. Tanpa diketahui Marsha, Laura sebenarnya punya alasan khusus hingga menyetujui perjalanan ini.
 Perjalanan tidak semulus yang mereka kira. Masalah demi masalah membuat mereka sebenarnya menemukan apa yang mereka cari. Semua yang terjadi merupakan ujian dari persahabatan itu. Pencarian arti cinta, makna hidup dan makna perjalanan yang sebenarnya
Jenis Film : Drama
Produser : Leni Lolang
Produksi : Inno Maleo Films
Sutradara : Dinna Jasanti
Pemain : Prisia Nasution
                 Adinia Wirasti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar