Jenis Film : Drama
Produser : Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, Glenn Fredly
Produksi : Visinema Pictures
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Pemain : Chicco Jerikho
Rio Dewanto
Julie Estelle
Setelah lepas dari era tanam paksa di akhir tahun 1800, Hindia Belanda
(Indonesia) memasuki babak baru yang berpengaruh ke kehidupan
masyarakatnya. Yaitu dengan gerakan Politik Etis yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda. Tetapi kemiskinan masih banyak terjadi. Rakyat masih
banyak yang belum mengenyam pendidikan dan kesenjangan sosial antar
etnis dan kasta masih terlihat jelas.
Oemar Said Tjokroaminoto (Tjokro) yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat, tidak diam saja melihat kondisi tersebut. Walaupun lingkungannya adalah keluarga ningrat yang mempunyai hidup yang nyaman dibandingkan dengan rakyat kebanyakan saat itu. Ia berani meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan. Dan merasakan penderitaan sebagai rakyat jelata.
Tjokro berjuang dengan membangun organisasi Sarekat Islam, organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar, sehingga bisa mencapai 2 juta anggota. Ia berjuang untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera di awal 1900 yang terjajah. Perjuangan ini berbenih menjadi awal-awal lahirnya tokoh dan gerakan kebangsaan.
Tjokro yang intelektual, pandai bersiasat, mempunyai banyak keahlian, termasuk jago silat, ahli mesin dan hukum, penulis surat kabar yang kritis, orator ulung yang mampu menyihir ribuan orang dari mimbar pidato, membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir, dan membuat mereka bertindak untuk menghambat laju gerak Sarekat Islam yang pesat. Perjuangan Tjokro lewat organisasi Sarekat Islam untuk memberikan penyadaran masyarakat, dan mengangkat harkat dan martabat secara bersamaan, juga terancam oleh perpecahan dari dalam organisasi itu sendiri.
Rumah Tjokro di Gang Peneleh, Surabaya, terkenal sebagai tempat bertemunya tokoh-tokoh bangsa Indonesia kelak. Di rumah sederhana yang berfungsi sebagai rumah kos yang di bina oleh istrinya, Suharsikin, Tjokro juga mempunyai banyak murid-murid muda yang pada akhirnya menetas, dan mempunyai jalan perjuangannya masing-masing, meneruskan cita-cita Tjokro yang mulia untuk mempunyai bangsa yang bermartabat, terdidik, dan sejahtera. Salah satu muridnya di Peneleh adalah Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno.
Oemar Said Tjokroaminoto (Tjokro) yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat, tidak diam saja melihat kondisi tersebut. Walaupun lingkungannya adalah keluarga ningrat yang mempunyai hidup yang nyaman dibandingkan dengan rakyat kebanyakan saat itu. Ia berani meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan. Dan merasakan penderitaan sebagai rakyat jelata.
Tjokro berjuang dengan membangun organisasi Sarekat Islam, organisasi resmi bumiputera pertama yang terbesar, sehingga bisa mencapai 2 juta anggota. Ia berjuang untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera di awal 1900 yang terjajah. Perjuangan ini berbenih menjadi awal-awal lahirnya tokoh dan gerakan kebangsaan.
Tjokro yang intelektual, pandai bersiasat, mempunyai banyak keahlian, termasuk jago silat, ahli mesin dan hukum, penulis surat kabar yang kritis, orator ulung yang mampu menyihir ribuan orang dari mimbar pidato, membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir, dan membuat mereka bertindak untuk menghambat laju gerak Sarekat Islam yang pesat. Perjuangan Tjokro lewat organisasi Sarekat Islam untuk memberikan penyadaran masyarakat, dan mengangkat harkat dan martabat secara bersamaan, juga terancam oleh perpecahan dari dalam organisasi itu sendiri.
Rumah Tjokro di Gang Peneleh, Surabaya, terkenal sebagai tempat bertemunya tokoh-tokoh bangsa Indonesia kelak. Di rumah sederhana yang berfungsi sebagai rumah kos yang di bina oleh istrinya, Suharsikin, Tjokro juga mempunyai banyak murid-murid muda yang pada akhirnya menetas, dan mempunyai jalan perjuangannya masing-masing, meneruskan cita-cita Tjokro yang mulia untuk mempunyai bangsa yang bermartabat, terdidik, dan sejahtera. Salah satu muridnya di Peneleh adalah Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno.
Jenis Film : Drama, Biography
Produser : Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet, Nayaka Untara, Ari Syar
Produksi : Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto, Picklock Production
Sutradara : Garin Nugroho
Produser : Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet, Nayaka Untara, Ari Syar
Produksi : Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto, Picklock Production
Sutradara : Garin Nugroho
Pemain : Reza Rahadian
Christine Hakim
Didi Petet
Sepasang suami istri, DANIEL (28) dan MIA (27) baru pindah ke rumah di
daerah pegunungan. Daniel mendapatkan projek besar dari kantornya untuk
mengurusi perkebunan teh di daerah pegunungan. Namun Mia masih tidak
rela pindah ke rumah itu, tetapi Mia menyadari bahwa mereka tidak punya
pilihan lain, mereka harus menghemat pengeluaran untuk kelahiran anak
pertama mereka. Terlebih rumah itu merupakan peninggalan terakhir dari
orang tua Mia yang sudah meninggal.
Pada suatu hari Daniel menemukan botol misterius di salah satu kamar dan menyimpannya. Sejak penemuan botol itu, Mia mengalami banyak kejadian misterius, sering menemukan suara-suara aneh. Mia ketakutan dan khawatir akan bayi yang dikandungnya. Mia berusaha mencari tau mahluk apa yang mengikuti dan menerornya selama ini.
Pada suatu hari Daniel menemukan botol misterius di salah satu kamar dan menyimpannya. Sejak penemuan botol itu, Mia mengalami banyak kejadian misterius, sering menemukan suara-suara aneh. Mia ketakutan dan khawatir akan bayi yang dikandungnya. Mia berusaha mencari tau mahluk apa yang mengikuti dan menerornya selama ini.
Jenis Film : Horror
Produser : Gandhi Fernando, Laura Karina
Produksi : Renee Pictures
Sutradara : Billy Christian
Produser : Gandhi Fernando, Laura Karina
Produksi : Renee Pictures
Sutradara : Billy Christian
Pemain : Dinda Kanyadewi
Gandhi Fernando
Tidak ada komentar:
Posting Komentar